Renungan Minggu 11 Agustus 2013-“Manusia hidup dan selamat bila menyatu dengan Allah”

image0051


Romo SutoKristus adalah tanda perkenanan Allah menyatukan hidup dengan manusia untuk menyelamatkannya, tetapi maut akan berusaha menentang dan menghalangi-Nya
(Bacaan pertama, Why.11:19a; 12:1,3-6a, 10ab). Sebab kebangkitan Kristus berarti Kristus mengalahkan maut, dan maut tidak akan berkuasa lagi terhadap semua orang yang menyatukan diri dengan Kristus (Bacaan kedua, 1Kor.15:20-26). Semua itu dapat terlaksana berkat kerelaan Bunda Maria yang mau menerima kehendak Allah, yaitu i a mengandung Kristus dari Roh Kudus, yang baru kemudian disadarinya sebagai karya Allah yang sangat agung bagi dirinya (Bacaan Injil, Luk.1:39-56).

Kesatuan Bunda Maria dengan Allah dikatakan telah bulat karena kerelaannya mengandung Kristus dari Roh Kudus, itu berarti bahwa sebagai manusia utuh Bunda Maria tidak pernah dikuasai maut, karena tidak pernah terpisah dari Allah alias tidak ternoda dosa sejak dikandung. Demikian pula dari pihak Kristus, kesatuan-Nya dengan Bunda Maria juga bulat, artinya sejak Bunda Maria dikandung sampai dengan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman nanti.

Bunda Maria ikut diangkat ke surga sebagai manusia utuh tanpa mengalami kematian. Pesan yang disampaikan perayaan Ekaristi Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga mengingatkan kita, bahwa menerima baptis berarti disatukan dengan kematian Kristus, mati dari dosa, agar tubuh kita juga akan dibangkitkan dalam kebangkitan Kristus. Bagi manusia itulah azas dasar kebahagiaan sejati, yaitu secara utuh dan bulat bersatu dengan Kristus. “Berbahagialah engkau, sebab engkau telah percaya, bahwa sabda Tuhan kepadamu akan terlaksana. Lalu Maria berkata : Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah Penyelamatku. Sebab Ia memperhatikan daku, hamba-Nya yang hina ini. Mulai sekarang aku disebut yang bahagia, oleh sekalian bangsa”. Kebahagiaan sejati itulah hidup abadi, selamat. Karena yang disebut manusia itu kesatuan roh dan tubuh, kebahagiaan sejati itu bukan hanya bagi rohnya, tetapi bagi manusia secara utuh, roh dan badannya. “Saudara-saudara, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang telah meninggal………., demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

Dalam kehidupan kita selama di dunia ini, kita merasakan ada semacam dualisme dalam diri kita, yang menarik kita ke dua arah yang berlawanan. Sebagai orang yang beriman katolik, kita mengimani, bahwa hal itu terjadi karena dosa. Dosa menyebabkan dalam diri manusia terjadi keretakan hubungan antara roh dan tubuhnya, antara dorongan nafsu dan dorongan cintanya. Padahal manusia itu selama di dunia ini hidup dalam proses, keretakan itu yang mengisi proses hidupnya. Keretakan itu akan terus berlanjut, yang akhirnya akan terpisah sama sekali, manusia mati, kemanusiaannya hilang. Oleh karena itu bukan hanya untuk merawat kesatuan dengan Kristus, untuk menyatukan dorongan tubuh dan dorongan roh pun perlu perjuangan selama kita hidup di dunia. Kita memang telah disatukan dengan Kristus oleh baptis, tetapi kesatuan itu harus dirawat, bahkan dikembangkan agar menjadi kesatuan yang semakin utuh dan bulat, yaitu secara rohani dan jasmani. Itu juga berari menyatukan dorongan roh dan jasmaninya. Kita harus ingat, bahwa setan tidak akan berhenti berusaha menghalangi keselamatan manusia. “Lalu naga itu berdiri di hadapannya, hendak menelan puteranya segera setelah dilahirkan. Wanita itu melahirkan seorang putera, yang akan memimpin segala bangsa dengan tongkat besi”. Bila kita mau selamat dan hidup abadi, kita harus belajar dan meneladan Bunda Maria, yang menerima kesatuannya dengan Kristus secara bulat dengan iman dan kerendahan hati.

Sadarkan kita, bahwa kita pun harus menjawab panggilan Allah dengan jawaban yang sama dengan jawaban Bunda Maria “Aku ini hanyalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut sabda Tuhan”, agar kesatuan kita dengan Kristus semakin bulat dan utuh?

St. Sutopanitro, Pr