Leave a comment

Seputar Paskah

APA ITU MASA PRAPASKAH?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau bisa juga kisah hidup para santo dan santa.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: “NIAT” dan “USAHA”. Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan “roh memang penurut, tetapi daging lemah”. Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!

sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; http://www.catholic1.com

MENGAPA MASA PRAPASKAH BERLANGSUNG SELAMA 40 HARI?

Pada awalnya, empat puluh hari masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai Hari Minggu Palma.

Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang Sengsara Tuhan.

Makna empat puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum (Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari (Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan serangan pertamanya yaitu rasa lapar. Serangan yang sama digunakannya juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi, padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.

Selama Masa Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).

sumber : Catholic Online Lenten Pages; http://www.catholic.org/lent/lent.html

MENGAPA KITA BERPUASA?

1.    Berpuasa mempertajam mata rohani kita – membantu kita melihat apa yang Tuhan lihat.

2.    Berpuasa berarti semakin serupa dengan Kristus, yang sering kali berpuasa.

3.    Berpuasa adalah cara yang baik guna mengingatkan kita untuk berdoa, sebagai ganti makan.

4.    Berpuasa membantu kita mengurangi berat badan dan merasa tetap bugar.

5.    Berpuasa berarti menghemat uang (membeli lebih sedikit makanan!)

6.    Berpuasa berarti menghemat waktu (melewatkan waktu makan!) di mana semua orang serba sibuk dan tidak punya waktu luang.

7.    Berpuasa membuat kita merasa bahagia (jika kita melewatkan hari puasa dengan berhasil.)

8.    Berpuasa meningkatkan rasa disiplin diri sehingga kita dapat berbuat lebih banyak kebaikan kepada sesama.

sumber : The Young Saints Club; http://www.geocities.com/Athens/1619

MENGAPA KITA BERPANTANG?

Ada dua alasan utama. Pertama, sebagai kurban silih atas dosa-dosa kita. Kita melukai hati Tuhan dan sesama ketika kita berdosa. Kedua, dan yang paling utama, kita melukai hati Tuhan dan sesama karena kita kurang dapat mengendalikan diri. Ketika kita tergoda untuk melakukan sesuatu yang jahat (atau tidak melakukan sesuatu yang baik). Kita jatuh dalam pencobaan karena kita tidak mempunyai kehendak yang kuat untuk melakukan yang baik.

Jika kalian ingin belajar mengendalikan diri, mulailah dari hal-hal yang kecil. Selama beberapa minggu berpantanglah sesuatu yang kalian sukai. Misalnya berpantang permen, atau berpantang menonton acara TV yang kalian sukai, atau berpantang pergi ke bioskop.

Sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; http://www.catholic1.com

MENGAPA KITA BERPANTANG DAGING PADA HARI JUMAT?

Pada abad ke-4 sudah ada hukum Gereja tentang berpantang pada hari-hari tertentu. Dahulu setiap hari Rabu, Jumat dan Sabtu adalah hari-hari pantang. Sejak abad ke-12 pantang ditetapkan hanya pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat – untuk mengenang bahwa Yesus wafat pada hari itu.

Pada tahun 1965 Paus Paulus VI mengijinkan Konferensi Para Uskup untuk menetapkan masa pantang dan puasa. Maka ditetapkan hari Rabu Abu dan Jumat Agung sebagai masa puasa dan pantang serta setiap hari Jumat dalam Masa Prapaskah sebagai masa pantang.

Mengapa berpantang daging? Banyak orang suka kelezatannya dan merasa kehilangan jika harus berpantang. Dulu peraturan pantang dan puasa orang-orang Kristen juga memasukkan susu dan telur sebagai pantangan. Pantang dan puasa menunjukkan rasa hormat akan ciptaan Tuhan dengan menggunakannya lebih hemat.

Sumber : Ask a Franciscan by Father Pat McCloskey, O.F.M.; © 2001

St. Anthony Messenger Press

APA ITU JALAN SALIB?

Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah ke tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin, melakukan ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam usahanya untuk mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan, wafat dan dimakamkan. Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu setelah  tahun 1199 ketika tentara-tentara Perang Salib berhasil menguasai Yerusalem dan wilayah sekitarnya, ziarah dapat dilakukan tanpa kesulitan.

Tetapi sejak tahun 1291 setelah mereka kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut, ziarah menjadi lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan untuk menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke sana.

Fransiskus dari Asisi mempunyai dua devosi yang amat mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus, masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib. Para biarawan Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad ke-14.

Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja, kadang-kadang dibangun juga perhentian-perhentian yang besarnya seukuran manusia di luar gereja. Segera saja, hampir semua gereja telah memiliki Perhentian-perhentian Jalan Salib. Para biarawan Fransiskan juga menuliskan lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam bahasa setempat. Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan Salib yang dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa Jalan Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII (1730-1740).

Baik kita melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau bersama-sama dengan umat lain, di dalam gereja atau pun di ke-14 perhentian di luar gereja, ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan wafat Yesus terasa nyata dan hidup.

Sumber : Ask a Franciscan by Father Pat McCloskey, O.F.M.; © 2001 St. Anthony Messenger Press.

APA ITU HARI MINGGU PALMA ?

Pernahkah kalian menyaksikan suatu pertunjukan drama hidup, dengan aktor serta aktris yang nyata? Jika mereka berakting dengan baik, mungkin untuk sementara waktu kalian lupa bahwa kalian sedang berada di gedung pertunjukkan. Malahan mungkin kalian tidak sempat berpikir bahwa aktor dan aktris di atas panggung itu hanyalah sedang berpura-pura menjadi orang lain. Dengan kata lain, kalian terbawa dalam peran yang mereka mainkan.

Itulah sebabnya mengapa kita memegang daun-daun palma pada hari ini. Kalian tidak hanya menyaksikan suatu pertunjukan, tetapi kalian diminta untuk berperan serta di dalamnya. Kalian menjadi aktor serta aktris dalam suatu drama yang paling hebat sepanjang masa: minggu terakhir dalam kehidupan Yesus. Dan daun-daun palma adalah perlengkapan kalian.

Adegan diawali dengan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan jaya. Di masa silam para raja mempunyai kebiasaan untuk setiap tahun sekali mengunjungi berbagai desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa Yunani disebut “Epifani”. Mereka mengadakan sidang dan bertindak sebagai hakim serta menjatuhkan vonis (=hukuman). Mereka juga mengumumkan peraturan-peraturan serta memungut pajak. Sebagian kunjungan epifani bersifat damai, sementara sebagian lagi lebih menyerupai perang.

Rakyat dapat mengetahui tujuan kedatangan raja dengan mengamati bagaimana ia memasuki kota. Pada masa itu kuda harganya amat mahal dan hanya digunakan untuk berperang. Jadi jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Jika raja hanya bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki kota dengan menunggang keledai.

Cara inilah yang digunakan Yesus Kristus sang Raja untuk memasuki Yerusalem. Yesus bermaksud menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem. Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud membawa damai sejahtera.

Yesus datang dari Bukit Zaitun menuju lembah Kidron, di sebelah timur Bait Allah. Perjalanan yang harus ditempuh-Nya menurun dan curam. Selain jalanan di situ sempit dan kotor, hujan musim semi telah membuat jalanan menjadi licin. Orang-orang yang bersorak-sorai menyambut Yesus menebarkan ranting-ranting dan pakaian mereka di jalan supaya keledai Yesus tidak tergelincir. Sementara Yesus menuruni bukit, khalayak ramai meneriakkan “Hosanna!”, bahasa Ibrani yang artinya “Selamatkanlah Kami!”

sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; http://www.catholic1.com

Menutup Salib Untuk Apa?

Kapan sih salib mulai ditutup?  Sebelum Perayaan Sabda Jum’at Agung atau setelah Misa Kamis Putih atau sebelumnya? Yang jelas dalam Perayaan Sabda pada Jum’at Agung ada upacara pembukaan selubung / tutup / bungkus salib.Dari dokumen liturgi yang ada, kita menemukan surat edaran dari Kongregasi Ibadat Ilahi tentang pedoman Pekan Suci artikel 56 berbunyi:

Sesudah Misa (Kamis Putih, Peringatan Perjamuan Malam Terakhir) altar harus kosong sama sekali. Baiknya setiap salib di Gereja dibungkus dengan kain merah atau ungu, kecuali bila salib-salib itu sudah dibungkus pada hari Sabtu sebelum Minggu V Masa Prapaska. Tidak boleh dinyalakan lampu di depan patung-patung orang kudus (Seri Dokumen Gerejawi no: 71 hal 22).

Jawaban pertama adalah setelah Misa Kamis Putih (in Cena Domini). Gereja bermaksud merenungkan Yesus yang setelah  perjamuan terakhir, menderita sengsara. Tuhan Yesus ingin juga kita selalu berjaga, waspada , jangan sampai tertidur. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (bdk.Luk22:39-46 par). Yesus menghadapi salib yang sudah di depan mata.

Saat-saat ini menjadi bagi kita saat untuk berpuasa, bertobat dari segala kejahatan dan dosa. Tuhan Yesus menderita untuk menebus kita dari dosa-dosa. Kita diajak, mari kita menutup mata, menyadari siapakah kita di hadapan Tuhan. Suasana ini berlanjut dari Kamis malam itu, Jum’at Agung pagi ketika kita diundang untuk mengalami jalan salib Tuhan, dan siangnya kita diundang untuk membelalakkan mata, membuka penutup salib satu persatu. Begitu hebat pengabdian Yesus. Dia yang adalah Allah, mengosongkan Diri-Nya, dengan menjadi manusia, mati di kayu salib (bdk.Fil 2:1-11). Tutup salib di buka, dan semakin jelaslah gambar, figure Sang Penebus dosa  itu. Suasana puasa dan upaya pertobatan masih sangat nampak dan dilanjutkan pada hari berikutnya, Sabtu sepi. Saat Sang Mempelai diambil, saat sang pengiring berpuasa (bdk.Mrk.2:20 par). Juga pada hari Sabtu bisa diadakan ibadat Tenebre (gelap), yang ingin merenungkan kegelapan makam, saat-saat genting dan gelisah, saat dibutuhkan  sebuah cahaya(art 40). Itulah yang kemudian dirayakan pada Malam Paskah, Upacara Cahaya, lilin, Yesus bangkit, menjadi cahaya dalam kegelapan, harapan dalam ketidak pastian.

Jawaban kedua: Salib ditutup pada Sabtu sebelum Minggu ke V Prapaska., alasannya ingin direnungkan peristiwa kematian, suasana pertobatan dan pengampunan sebagai hasil dari kebangkitan. Permenungan ini pada bacaan Injil Minggu kelima prapaska, tahun A dari Yoh  11:1-45 tentang kematian dan kebangkitan Lazarus; Tahun B dari Yoh 12:20-33 tentang Biji gandum yang harus mati agar menghasilkan buah banyak dan Tahun C , Injil Yoh 8 : 1- 11 tentang Pengampunan Wanita Berdosa.

Pekan kelima Prapaskah menjadi pekan terakhir ,menjadi pekan yang lebih intens untuk memasuki Pekan Suci, pekan Sengsara yang diawali dengan Minggu Palma.Permenungan semakin diarahkan pada kematian dan kebangkitan Yesus.Hari Jum’at Agung menjadi hari sunyi, hari meditasi dan refleksi, hari nyepi, tidak ada api / lampu/ lilin di depan patung-patung orang kudus, supaya focus kita adalah Yesus yang menderita , menjalani  hukuman disalibkan dan wafat. Tidak ada devosi kepada yang lain. Sembah sujud kita dipusatkan kepada Sang Penebus yang wafat tapi Dia yang bangkit.

Sumber: Majalah Liturgi vol 21, hal 31.th 2010

Leave a comment