Renungan Minggu 28 Juli 2013- Doa yang dijiwai semangat yang terkandung dalam doa ‘BAPA KAMI’ memiliki kekuatan besar

Romo SutoDoa permohonan Abraham kepada Tuhan seolah-olah seperti mendikte Tuhan, tetapi hal itu sebenarnya ungkapan akan imannya akan kebaikan Tuhan, maka segala permohonannya dikabulkan (Bacaan pertama, Kej.18:20-32). Sebab Allah itu maha baik dan itu terungkap pada pembaptisan, karena siapapun yang menerima baptis diampuni segala dosanya yang seharusnya mendatangkan hukuman (Bacaan kedua, Kol.2:12-14). Sebagaimana diajarkan oleh Kristus sendiri, bahwa kemurahan dan kebaikan hati Allah itu tidak terbatas, bila orang memohon sesuatu dengan semangat iman doa ‘Bapa kami’ (Bacaan Injil, Luk.11:1-13).

Doa adalah ungkapan iman atau lebih tepatnya ungkapan pergulatan manusia dalam beriman. Seperti halnya hidup manusia di dunia ini dalam proses, pergulatan dalam iman itu juga dalam suatu proses panjang, yang seharusnya semakin lama semakin terarah. Mula-mula iman akan penciptaan. Beriman ialah pergulatan hidup dalam menjawab panggilan penciptaan Allah. Lalu iman akan janji Allah. Pergulatan hidup manusia ialah bagaimana harus berpegang pada janji Allah itu. Kemudian pada pelaksanaan janji Allah itu, yaitu Mesias, Kristus, pergulatan akan persekutuan hidup dengan Allah.

Karena Kristus adalah Sang Sabda, Sang Wahyu, arah selanjutnya ialah sifat-sifat Allah, kebaikan-Nya, cinta kasih-Nya, kerahiman-Nya dan sebagainya, sebagaimana tampak pada apa yang dilakukan Kristus bagi kita manusia. Pergulatan hidup manusia ialah bagaimana melaksanakan perintah-Nya yang bagi manusia bersifat paradoks dengan sifat Allah.

Pesan yang disampaikan perayaan Ekaristi Minggu Biasa ke-17 ini mengingatkan kita, bahwa perkembangan iman itu sejajar dengan proses manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh begitu banyak faktor. Seperti halnya proses perkembangan manusia dapat jatuh bangun, demikian pula perkembangan imannya naik turun. Perkembangan iman seseorang itu yang secara pribadi akan terungkap dalam doanya. Oleh karena itu Kristus mengajarkan doa ‘Bapa kami’, yang mengungkapkan semangat Injil yang kita imani secara utuh. Doa ‘Bapa kami’ itu merupakan pola setiap doa kristen katolik. Dengan semangat imani seperti itulah Kristus menyatakan : “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. Doa yang mengungkapkan semangat iman seperti yang tersirat dalam doa ‘Bapa Kami’ itu, memiliki kekuatan yang luar biasa. Sebab semangat seperti itu semangat menggantungkan pada kekuatan Allah, yang tidak terselami oleh manusia, seperti ungkapan rasul Paulus, yang mengatakan: “Saudara-saudara, kamu telah dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”. Salah satu sisi semangat iman yang terkandung dalam doa ‘Bapa kami’ itu, bila dikatakan secara negatif, adalah ‘permohonan itu tidak menuntut’. Permohonan kita itu permohonan yang menyerahkan diri karena mengimani, bahwa Allah jauh lebih tahu dari diri kita, apakah yang kita minta itu berguna bagi keselamatan kita, karena Allah tidak menghendaki seorang manusia pun binasa. Sebagai contoh disini, permohonan Abraham kepada Tuhan. Apa yang dimohon Abraham itu bukanlah suatu tuntutan atau mau mendikte Tuhan, tetapi justru permohonan itu menunjukkan imannya kepada Allah, bahwa Allah menghendaki keselamatan setiap orang. Maka dari limapuluh orang lalu turun-turun sampai sepuluh orang yang benar di dua kota itu, Abraham bertanya apakah Allah tetap akan membinasakannya, dan Tuhan menjawab : “Demi sepuluh orang itu, Aku takkan membinasakannya”. Merupakan kebiasaan orang katolik bila berdoa secara spontan, lalu menutupnya dengan menyatukan doanya itu dengan doa ‘Bapa kami’. Yang utama disini ialah bahwa doa spontan kita itu kita sampaikan dengan semangat iman seperti yang terkandung dalam doa ‘Bapa kami’ itu.

Sadarkah kita, bila semangat iman seperti terkandung dalam doa ‘Bapa kami’, mendasari doa kita, doa kita pasti didengar oleh Tuhan?

St. Sutopanitro, Pr